“LANGIT YANG TUJUH, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tak ada suatu pun melainkan bertasbih dengan memujinya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun. Surah al-Isra’ ayat yang ke empat puluh empat.” Akh Adam tunduk merenung Tafsir Pimpinan ar-Rahman di tangannya. Agak lama dia diam.
“Ikhwah wa akhwat sekalian, insyaallah jika kita selusuri dan kita amati terjemahan dari ayat tadi, Allah S.W.T. telah menjelaskan kepada kita bahawa semua makhluk ciptaan-Nya bertasbih memuji-muji kebesaran Allah dengan cara mereka yang tersendiri. Ini bermakna, semua makhluk tidak kira kecil atau besar, cantik atau hodoh, masing-masing memuji Allah. Ikan-ikan di lautan, burung-burung yang berkicau, air yang mengalir, embun yang menitis dan ombak di tepian pantai, masing-masing berzikir memuji kebesaran Allah! Subhanallah, Maha Suci Allah…” tutur Akh Adam dengan suara yang lembut seperti selalu.
Akh Adam bersuara semula, “Dan kita lihat, matahari yang terbit di awal pagi dan terbenam tatkala malam bertamu, bulan yang bersinar terang di malam hari, ini menunjukkan ketaatan makhluk-makhluk ini kepada perintah Allah. Dan pernahkah kita mendengar ayam mengembek? Kambing menguak? Ikan berkicauan? Tidak pernah kan? Itulah tanda ketaatan mereka kepada Allah. Sedangkan makhluk-makluk yang tidak berakal ini mampu taat kepada Allah, memuji-muji kebesaran Allah, mengapa tidak kita manusia yang dikurniakan akal? Ayuh sama-sama kita renungkan ikwah wa akhwat sekalian…”
Kata-kata Akh Adam bagaikan pedang yang menusuk-nusuk tangkai hatiku. Astaghfirullahal ‘azim… Makhluk-makhluk ini semuanya memuji Allah, taat pada Allah… Tak pernah sekalipun mereka ingkar pada arahan Allah! Tapi aku? Ya Allah, ampunkanlah segala dosaku selama ini… Ampunilah kelalaian dan kedurhakaanku selama ini…
“Syauqah Wardah…” Aku tersentak.
No comments:
Post a Comment